PEMBINAAN GENERASI MUDA SEBAGAI GENERASI PENERUS BANGSA

Alhamdulillahi robbil alamin, asyhadu alla ilaaha illallah, wa-asyhadu anna muhammadan ‘abduhu warosuluhu shollallahu ‘alaihi wasalam, wa ‘alaa aalihi wa-ash habihi amma ba’du:

Sudah menjadi sunatullah bahwa manusia yang diciptakan oleh Allah sebagai kholifah di bumi ini akan selalu silih berganti dari generasi ke generasi. Proses alih genearasi ini berjalan terus secara alamiah sesuai dengan mekanismenya. Allah berfirman yang artinya: “Kemudian kami jadikan kalian (umat Muhammad) sebagai generasi pengganti di bumi ini, setelah mereka (umat terdahulu), agar kami melihat bagaimana kalian berbuat” (QS: Yunus;14)

Pada hakekatnya apa yang kita capai saat ini, adalah hasil perjuangan di masa lampau, sedangkan yang akan kita peroleh di masa mendatang adalah tergantung pada apa yang kita lakukan pada masa sekarang ini. Tiap-tiap generasi mempunyai tanggung jawab yang sama yaitu memelihara apa yang telah dicapai pendahulunya, kemudian meneruskan dan mewariskan kepada generasi berikutnya.

Perjuangan generasi penerus menyongsong eraglobalisasi, tentu tantangannya akan semakin berat, karena semakin ke depan, teknologi semakin canggih dan moral manusia semakin rendah, diterangkan dalam Hadits yang artinya:’Tidak datang kepada kamu sekalian suatu tahun, kecuali tahun yang sesudahnya akan lebih jelek dari pada tahun sebelumnya” (HR. At-Tobroni)

Oleh karena itu betapa pentingnya pembinaan generasi muda yang kita lakukan saat ini, sebagai upaya mempersiapkan generasi mendatang yang handal sebagai pemimpin bangsa. Yang dimaksud pembinaan generasi muda adalah suatu pembinaan yang terencana dan berkesinambungan sesuai dengan tuntunan agama Islam (AlQuran dan Hadits) untuk mempersiapkan generasi penerus yang handal berakhlaqul karimah, yang pada gilirannya nanti mampu menerima dan meneruskan estafet perjuangan dan kepemimpinan bangsa yang lebih baik.

Dalam pembinaan generasi muda, target yang akan dicapai ada 3 hal:

  1. Memiliki akhlaqul karimah (berbudi pekerti yang baik).
  2. Faqih dalam agama dan berilmu.
  3. Mempunyai ketrampilan untuk hidup mandiri

Untuk mendukung tercapainya tiga target keberhasilan generasi muda tersebut perlu kerja sama yang baik antara:

  1. Orang tua.
  2. Ustad/Ustadzah
  3. Urofa’ (Pengurus lingkungan/masyarakat/komunitas)
  4. Umaro’
  5. Ahli pendidik/Psykolog.

Rumusan tersebut baru berupa konsep yang bersifat das solen (Belanda: suatu yang diharapkan/seharusnya), belum merupakan jaminan yang secara otomatis akan terwujud dengan sendirinya, tanpa usaha yang sungguh-sungguh untuk mencapainya. Permasalahan utamanya adalah bagaimana mewujudkan rumusan tersebut menjadi keberhasilan yang nyata.

Oleh karena itu 5 (lima) unsur Pembina generasi muda (Orang tua, ustad/ustadzah, urofa’, umaro’ dan ahli pendidik/psykolog) supaya bekerja sama yang baik untuk membina generasi muda.

Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia dari masa ke masa sejak Kebangkitan Nasional di tahun 1908, peristiwa Sumpah Pemuda tahun 1928 kemudian revolusi fisik perjuangan kemerdekaan tahun 1945 sampai di era reformasi ini selalu ditandai dengan tampilnya pemuda/ generasi muda sebagai pelopor. Kisah kepeloporan pemuda di atas dapat memotivasi generasi muda agar mereka tidak hanya puas menjadi objek (sasaran) akan tetapi tergugah kesadarannya untuk mengambil peran secara pro aktif dan memposisikan dirinya sebagai subjek (pelaku) dalam proses pembinaan generasi penerus.

Keberhasilan atas suatu target yang ingin dicapai sangatlah dipengaruhi oleh motovasi yang melatar belakanginya, karena di dalamnya terkandung kebutuhan dan tujuan yang merupakan diterminan (factor penentu) penting yang mempengaruhi sikap dan perilaku. Dalam pembinaan generasi muda dengan menempatkan tiga target keberhasilan generasi penerus sebagai kebutuhan sekeligus tujuan, maka akan melahirkan sikap dan perilaku yang lebih bersemangat dan mengarah pada pencapaian tujuan karena didorong oleh suatu kebutuhan. Berikut uraian tiga target keberhasilan tesebut:

I. Memiliki Akhlaqul karimah

Menurut sabda Rasulullah Saw. (HR. Al-Hakam), bahwa termasuk akhlaq/budi pekerti/ thobiat orang iman itu adalah:

  1. 1. Quwwatan fii diinin. Kuat memegang teguh pendirian dan keyakinan tidak mudah

terpengaruh keadaan, dan tidak lemah karena cobaan/ujian

  1. 2. Wahazman fii liinin. Tegas dalam mengambil sikap, tetapi tetap berlapang dada

dan mudah menerima nasehat/saran yang konstruktif (membangun).

  1. 3. Wa imanan fii yaqiin. Mantap dan yakin terhadap kebenaran yang diperjuangkan

dan tidak ragu-ragu dalam menunjukkan kebenaran.

  1. 4. Wa hirson fii “ilmin. Selalu ingin bertambahnya ilmu sebagai modal pengetahuan dan kebenaran, tidak berhenti mencari ilmu selama hayat masih dikandung badan.
  2. 5. Wa syafaqotan fii miqotin. Selalu merasa khawatir dan takut jangan-jangan amal sholeh/baik yang telah dikerjakan belum cukup untuk bekal menghadap kehadirat Allah SWT, sehingga timbul semangat untuk beramal sholeh/baik terus.
  3. 6. Wa hilman fii “ilmin. Mempunyai sifat tekun, serta tidak mudah putus asa, hatinya sabar dan aris dalam menimba ilmu.
  4. 7. Wa qosdan fii ghinan. Mempunyai sifat sederhana dalam hidup, walaupun kaya tetapi tetap sederhana.
  5. 8. Wa tajammulan fii faqotin. Selalu menjaga kebersihan walaupun dalam keadaan miskin namun tetap menjaga harga dirinya dengan merias diri (berpenampilan bersih dan rapi).
  6. 9. Wa taharrujan ‘an thoma’. Merasa berdosa dari perbuatan tamak, bisa hidup sederhana dan qonaah terhadap pembagian rezeqi dari Allah.

10. Wa kasban fii halaalin. Dalam bekerja/ berusaha selalu memilih pekerjaan/ usaha yang halal.

11. Wa birran fii istiqomatin. Tetap istiqomah, rutin dan tekun dalam melakukan kebajikan.

12. Wa nasyathon fii hudan. Trampil dan semangat dalam perjuangan, dan tidak malas.

13. Wa nahyan ‘an syahwatin. Dapat mengendalikan diri, tidak selalu menuruti kesenangan/ hawa nafsu yang tidak bermanfaat.

14. Wa rahmatan lilmajhudi. Selalu memperhatikan dengan penuh kasih sayang terhadap orang yang berat menghadapi kehidupannya/ miskin.

15. Laa yahiifu ‘alaa man yubghidhu. Tidak menyimpang dari garis-garis kebenaran meskipun terhadap orang-orang yang selalu membuat dia marah dan geram.

16. Wa laa ya’tsamu fii man yuhibbu. Cintanya kepada seseorang tidak menjadikan dia melanggar larangan agama (berbuat dosa).

17. Wa laa yudhoyyi’u mastuudi’a. Tidak menyia-nyiakan titipan/kepercayaan yang diberikan kepadanya, kalau ada titipan/amanah akan segera disampaikan kepada yang berhak menerimanya.

18. Wa laa yahsudu wa laa yath’anu wa laa yal‘anu. Tidak mempunyai sifat dengki, tidak suka memnuduh jelek dan melaknat sesama orang iman.

19. Waya’tarifu bilhaqqi wa illam yasy-had ‘alaihi. Mau mengakui kesalahan yang diperbuat walau tidak ada yang menyaksikan.

20. Wa laa tanabazu bil-alqob. Tidak memanggil saudaranya dengan pangilan yang menyakitkan hati.

21. fii sholaati mutakhosyi’an ilaa zakati musri’an. Selalu khusyu’ di dalam sholat, dan cepat-cepat memngeluarkan zakat ketika sampai nisobnya.

22. Filzalaazili waquuran. Tabah, sabar dan tahan uji.

23. Fii rakha-i syakuuran. Banyak bersyukur di waktu luang.

24. Qoni’am billadzi lahu laa yudda’i maa laisa lahu. Hanya mau menerima yang menjadi miliknya dan tidak mengakui barang yang bukan miliknya.

25. Wa laa yajmi’u filghoidh. Tidak menaruh dendam dan menyimpannya menjadi permusuhan dan kerusakan diantara orang iman.

26. Wa laa yaghlibuhu asysyuhu ‘an ma’ruf. Sifat kikir dan bakhilnya tidak mencegah untuk berbuat kebaikan, walau berat adanya.

27. Yuriduhu yukhalithunnasa kaiya’lama wayunathiquhum kaiyaf-hama. Mau bergaul dengan masyarakat umum dengan tidak membedakan suku, ras, agama dan golongan untuk mengerti keadaan dan berdialog pada mereka untuk memahami keadaan mereka.

28. Wa indhulima wabughiya ‘alaihi sobaro hatta yakuuna arrahmaanu huwalladzi yantashiru lahu. Jika dianiaya dan dibuat sewenang-wenang atas dirinya tetap sabar sampai Allah Yang Maha Pemurah menolongnya.

II. Faham Agama (faqihan fiddiin) dan Berilmu.

Target kedua dalam pembinaan generasi muda adalah berilmu dan faham agama. Penguasaan ilmu alquran dan hadits oleh generasi penerus ini sangat penting mengingat semakin ke depan ulama semakin langka, maka pewarisan ilmu kepada generasi muda termasuk bagian dari keberhasilan suatu alih generasi. Sabda Rasulullah Saw. yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan cara mencabutnya dari hambaNya, akan tetapi cara Allah mencabut ilmu itu dengan mewafatkan ulama’ sehingga ketika Allah tidak menyisakan seorang alimpun, kemudian manusia mengangkat pemimpin orang-orang yang bodoh. Maka ketika mereka ditanya, mereka menjawab dengan tanpa dasar ilmu maka mereka itu sesat dan menyesatkan”. (HR.Albukhari)

Sebelum menjadi pemimpin sebaiknya banyak belajar ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan/sain. Umar bin Khotob berkata yang artinya:” Barang siapa yang dijadikan pemimpin (Umara’) oleh kaumnya atas dasar faham (faqihan fiddiin) maka akan hidup baginya dan kaumnya; dan barang siapa yang menjadikan pemimpin (umaro’) oleh kaumnya atas dasar selain faham maka akan rusak baginya dan kaumnya (HR. Addaromi) Hal ini diperkuat oleh Rasulullah Saw, dalam sabdanya;” Tafaqqohuu qobla antusawwaduu” yang artinya:” Usahakanlah menjadi orang yang faqih sebelum kalian dijadikan pemimpin.(HR. Albukhari)

III. Memiliki Keterampilan untuk Hidup Mandiri.

Target ketiga ini untuk mengarahkan generasi muda dapat hidup mandiri, memiliki ketrampilan berupa kecakapan/ keahlian, pekerjaan/usaha yang sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya. Dengan ketrampilan yang mereka miliki, mereka akan lebih percaya diri dalam menapaki dunia usaha, sehingga usahanya bisa maju dan berkembang.

Keterampilan ini diperoleh dari pendidikan, oleh karena itu selagi masih muda usahakan menempuh pendidikan setinggi mungkin, usahakan menjadi siswa/mahasiswa yang teladan, mendapat ranking di sekolahnya, dan akan lebih baik lagi kalau bisa mendapatkan bea siswa, sehingga dapat meringankan beban orang tuanya. Disamping pendidikan formal, memperoleh keterampilan juga dapat ditempuh melalui kursus, pelatihan dan magang di perusahaan perusahaan.

Keberhasilan target ketiga ini juga diformulasikan untuk mengantisipasi meledaknya angkatan kerja yang dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini penting, mengingat pembinaan generasi muda secara umum merupakan persoalan yang dilematis, karena di satu sisi mereka adalah generasi harapan masa depan, tetapi di sisi lain, sebagai angkatan kerja yang perlu disikapi dengan bijak. Untuk mencapai target ini menjadi tanggung jawab kita bersama.

Di dalam hadits Rasulullah bersabda;” Ijmaluu fii tholabi addun-ya fa-inna kullan muyassarra lima khuliqo lahu”. Artinya: Perbaikilah dalam mencari penghidupan dunia (yang halal), maka sesungguhnya tiap-tiap orang itu dimudahkan kepada apa yang diciptakan untuknya (HR.Ibnu Majah)

Demikian uraian singkat, tentang pembinaan gerasi muda, semoga tulisan ini bermafaat bagi pembaca. Alhamdulillah jaza kumullahu hoiran. Amin.

Penulis:

Ir. Amat Sarjono

  • Ketua DPD Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Kabupaten Lahat.
  • Komisi Kerukunan Antar Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Lahat.

Komentar

  1. Assalamu'alaikum pak ...
    postingan bagus - bagus, mohon ijin untuk saya copy di blog LDII Sampit http://ldiisampit.blogspot.com/

    Jazakallohu khoiron,

    BalasHapus
  2. mantabbbb.....begitulah idealnya

    BalasHapus
  3. assalamu alaikum.. nasehat yg sungguh bermanfaat Pak.. mohon izin copas ya Pak. jazakallohukhoiro.. sehat selalu lancar barokah.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMERINTAH DAERAH APRESIASI LDII KABUPATEN LAHAT

TEMU PENEGAK PANDEGA DAERAH SAKO PRAMUKA SPN SUMSEL 2023

MUSWILLUB DPW LDII PROPINSI SUMATERA SELATAN