MENJAGA KEMURNIAN AJARAN ALQUR’AN DAN ALHADITS

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin ashhadu alla ilaha illallah washhadu anna muhammadan ‘abduhu warosuluhu amma ba’du:

Puji syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT., atas karunia yang diberikan kepada kita semua, sehingga kita dapat melakukan aktivitas dan berkarya untuk kebaikan. Disamping itu kita telah diberi hidayah dapat menetapi agama yang haq yaitu agama Islam yang berpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Hadits. Kita harus memahami bahwa dengan menetapi Al-Qur’an dan Al-Hadits kita telah berada di jalan yang benar, jalan yang diridhoi oleh Allah SWT. Kebenaran ini harus kita jaga kemurniannya jangan sampai dicampuri dengan bid’ah, khurofat, tahayul, dan lain-lain agar kita tetap mendapat pertolongan dari Allah SWT.

Kemurnian Al-Qur’an dan Al-Hadits yang harus kita jaga adalah:



1. Murni Pedoman

Pedoman umat Islam yang telah dijamin kesempurnaannya dan kebenarannya adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits. Di dalamnya telah dimuat ketentuan-ketentuan, hukum-hukum, dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan perintah-larangan, halal-haram, haq-batal, dosa-pahala, janji-ancaman dll. Maka dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits sudah sempurna sebagai pedoman/pegangan untuk melaksanakan ibadah kepada Allah yang dijamin pasti benarnya. Untuk mengetahui, memahami dan meyakini Al-Qur’an dan Al-Hadits sekali gus untuk menjaga kemurniannya, kita dituntut untuk mengaji secara benar, meliputi bacaan, makna, keterangan yaitu dengan cara berguru (pemindahan ilmu dari guru kepada murid) dan musnad-muttashil artinya bersandar kepada guru (siapapun orangnya) secara sambung bersambung sampai kepada Rasulullah SAW. Berdasarkan sabdanya yang artinya: “Kalian mendengarkan dan didengarkan dari kalian dan didengar dari orang yang mendengarkan dari kalian (HR. Abudawud)

Ucapan Abdullah bin Mubarok di dalam mukadimah Hadits Muslim yang artinya:”Isnad itu termasuk agama, andaikan tidak ada sandaran guru (isnad) niscaya berkata orang yang berkehendak pada apa yang dia kehendaki”(fi muqadimah muslim)

Mengaji dengan sistem ini semua masyarakat dari berbagai tingkatan pendidikan dan status sosial bisa mengaji Al-Qur’an dan Al-Hadits dengan mudah sampai faham dan bisa mengamalkannya dengan benar, serta menjaga kemurniannya. Ingat sabda Rasulullah saw. yang artinya:”Barang siapa yang berkata dalam kitabnya Allah Yang Maha Mulya dan Maha Agung dengan pendapat sendiri lalu benar, maka sungguh-sungguh salah” (HR. Abudawud). Dalam hadits lain Rasulullah bersabda yang artinya: “Barang siapa berkata tentang Al-Qur’an dengan tanpa ilmu, maka hendaklah bertempat di neraka” (HR. Attirmidzi).



1. Murni ‘Amalan (Ibadah)

Dalam mengamalkan ajaran Alqur’an dan Alhadits yang telah dikaji secara benar juga harus kita jaga kemurniannya, artinya tidak kecampuran bid’ah, khurofat, syirik dan takhayul.

Bid’ah ialah semua amalan ibadah atau perbuatan ibadah yang baru dan diada-adakan tidak diperintahkan dan dicontohkan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits dengan maksud untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Walaupun pada umumnya orang yang mengerjakan Bid’ah kelihatan lebih khusyu’ lebih mantap tapi hukumnya betul-betul dilarang dalam agama, menurut dalil hukumnya sesat. Amal ibadah yang dicampuri bid’ah tidak akan diterima oleh Allah, kecuali bid’ah yang dilakukan oleh kholifah (Khulafa-urrasyidin almahdiyyin) seperti Umar bin Khotob berijtihad agar sholat malam di bulan romadlon (tarwih) secara berjamaah. Rasulullah saw bersabda yang artinya “Tetapilah petunjukku(Nabi Muhammad) dan petunjuknya khulafa-urrasyidin (kholifah yang benar) yang mendapat petunjuk” (HR. Bukhori).

Dalil-dalil yang menyebutkan bahwa Bid’ah itu sesat adalah:

“Sejelek-jeleknya perkara (agama) adalah diperbaharuinya perkara (yang belum pernah diajarkan oleh Nabi) setiap perkara baru itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat dan setiap yang sesat itu di dalam neraka” (HR. An-Nasa’i)

Khurofat adalah cerita batil yakni cerita-cerita yang dihubungkan dengan kepercayaan dan keyakinan yang tidak ada dasarnya dari Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Syirik adalah menyekutukan kepada Allah dengan apapun, dalam bentuk apapun, baik ucapan, perbuatan, niat, angan-angan, kepercayaan dan keyakinan.

Takhoyul adalah hasil angan-angan yang dijadikan kepercayaan dan keyakinan.

Firman Allah: …La-in asyrakta layahbathonna ‘amaluka walatakuunanna minalkhosiriin yang artinya: ”Jika kamu (Muhammad) syirik niscaya leburlah semua amalmu dan niscaya engkau menjadi orang-orang yang rugi”. (QS. Azzumar: 65)





Firman Allah (QS. An-Nisa’:116) yang artinya: ”Sesungguhnya Allah tidak memberi ampun jika Dia disekutukan, dan Allah memberi ampun dosa selain syirik kepada orang yang Dia kehendaki, dan barang siapa menyekutukan kepada Allah maka sesungguhnya dia telah sesat dengan sejauh-jauhnya kesesatan”.

Diharapkan kepada kaum muslimin agar dapat menghindari dan menjauhi perbuatan-perbuatan seperti tersebut di atas (bid’ah, syirik, khurofat dan takhayul)



1. Murni Niat/Tujuan

Deterima dan tidaknya suatu amalan sangat tergantung kepada niatnya. Dalam melaksanakan ibadah supaya diterima oleh Allah harus diniati mukhlis lillah karena Allah, sebab amalan tidak karena Allah, Allah pasti akan menolak bahkan membalas dengan siksa. Firman Allah yang artinya;”Dan tidaklah seorang itu dibalas amalannya di sisi Allah kecuali karena mencari Dzat Allah Yang Maha Luhur (karena Allah) dan dia akan senang”. (QS. Allail: 19 – 21)

Sabda Rasulullah yang artinya;” Sesungguhnya beberapa pengamalan itu ada niatnya dan sesunguhnya bagi seseorang itu tergantung pada niatnya, maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan kepada RasulNya maka hijrahnya kepada Allah dan kepada RasulNya (mendapatkan pahala dan surga) dan barang siapa yang hijrahnya karena niat untuk mendapatkan dunia atau untuk mendapatkan wanita yang akan dinikahinya maka hijrahnya pada yang diniatkan (itupun kalau Allah menghendaki)”. (HR. Bukhari)

Dalam hadits lain Rasulullah bersabda yang artinya:”Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal kecuali amalan yang mukhlis bagi-Nya dan dikehendaki mencari Dzat-Nya (karena Allah)’. (HR.AnNasa’i).

Bagi kaum muslimin diharapkan dapat menjaga hati jangan sampai salah niat dalam melaksanakan ibadah, baik ibadah wajib, ibadah sunah maupun melaksanakan amal sholeh sesuai dengan kedudukannya masing-masing. Jangan sampai melaksankan ibadah dengan tekun dan khusyu’ bersodaqoh banyak hanya ingin dilihat, dipuji, dan disanjung oleh orang lain (riya’). Membaca Al-Qur’an, memberikan nasehat/ceramah hanya ingin didengar, dipuji, disanjung oleh orang lain (sum’ah). Atau mempunyai keinginan tersembunyi (mencari selain Dzat Allah), seperti tekun, giat, semangat dalam beramal sholeh hanya ingin mendapat imbalan, mendapat hadiah, ingin diambil menantu dsb., yang demikian itu juga termasuk syirik berarti rugi besar, sebab di dunianya belum tentu mendapatkan seperti apa yang diharapkan di akhiratnya termasuk ahli syirik.

Ingatlah sabda Rasulullah saw. dibawah ini yang artinya;”Sesungguhnya lebih mengkhawatirkannya apa-apa yang paling aku khawatirkan atas umatku ialah menyekutukan pada Allah. Ingatlah sesungguhnya tidak kukatakan mereka menyembah matahari atau bulan atau berhala, tetapi (yang paling aku khawatirkan) adalah amalan-amalan karena selain Allah dan keinginan yang tersembunyi.” (HR. Ibnu Majah).

Ada beberapa tanda/cirri-ciri orang yang beramal sholeh tidak karena Allah yang bisa menjadi peringatan bagi kita sebagaimana disampaikan oleh sahabat Ali bin Abi Tholib r.a. yang artinya;”Ada tiga tanda bagi orang yang pamer (tidak karena Allah) yaitu bermalas-malasan ketika sendirian, semangat ketika dilihat manusia, dan menambah amalan ketika disanjung /dipuji.”(Fi Ihya’i Ulumuddin).

Usaha agar terhindar dari segala macam bentuk syirik termasuk niat yang tidak karena Allah, yaitu dengan memperbanyak do’a: ALLAHUMMA INNA NA’UDZUBIKA MIN ANNUSYRIKA BIKA SYAI-AN NA’LAMU WANASTAGHFIRUKA LIMAA LAA NA’LAMU. ALLAHUMMA INNA NAS-ALUKA RIDHOKA WALJANNAH WANA’UDZUBIKA MIN SAKHOTIKA WANNARI.



Hal-hal yang menyebabkan hilangnya kemurnian ajaran Al-Qur’an dan Al-Hadits adalah:

1. Kurangnya Ilmu
2. Kurang mendengarkan nasehat, pituah, ceramah agama
3. Tidak bisa menjaga pergaulan.

Oleh karena itu untuk menjaga kelestarian dan kemurnian ajaran Al-Qur’an dan Al-Hadits sampai akhir zaman kita harus banyak menuntut ilmu yang diwariskan oleh Rasulullah yaitu Ilmu Al-Qur’an dan Al-Hadits. Memperbanyak mengikuti, menghadiri pengajian, mendengarkan nasehat agama dan bisa menjaga pergaulan, supaya bergaul kepada orang-orang yang sholeh ( mempunyai budi pekerti yang baik).



Penulis:

Ir. Amat Sarjono

* Ketua Dewan Pimpinan Daerah Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Kab. Lahat.

* Komisi Kerukunan Antar Umat Beragama Majelis Ulama’ Indonesia (MUI) Kab.Lahat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMERINTAH DAERAH APRESIASI LDII KABUPATEN LAHAT

TEMU PENEGAK PANDEGA DAERAH SAKO PRAMUKA SPN SUMSEL 2023

DPD LDII Audiensi dengan Kakanmenag Kabupaten Lahat